PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP ANAK BERKELAINAN
Sesuai dengan
perkembangan peradaban manusia yang selalu dinamis maka pandangan masyarakat
terhadap anak berkelainan juga selalu mengalami perubahan dari masa ke masa.
Anak berkelainan telah dikenal adanya sejak zaman jahiliyah, pada jaman sparta
anak-anak berkelainan (cacat) dibunuh karena dipandang tidak berguna bagi
kepentingan bangsa, yang kala itu merupakan masa perang. Perubahan perkembangan
sikap terhadap anak berkelainan yang terpenting ada 4 tahap yaitu :
1. Masa
jaman sebelum Kristen, anak-anak berkelainan (cacat) disiasiakan, dan
diperlakukan tidak manusiawi. Anak-anak ditampung dalam barak penampungan
(asilum) hanya diberi makan seadanya bagai binatang ternak.
2. Masa
Penyebaran Nasrani, pada masa ini anak-anak berkelainan telah
diperhatikan dan diberi perlindungan. Perhatian terhadap anak-anak berkelainan
pada masa ini baru pada taraf belas kasihan bukan karena tujuan mengangkat
harkat dan martabat sebagai manusia.
3. Akhir
abad 18, pada masa ini telah berubah pandangan masyarakat terhadap
anak-anak berkelainan (cacat) masyarakat berusaha mendidik anak-anak
berkelainan (cacat) dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang terpisah
dari masyarakat normal (segregasi), sehingga terdapat semacam koloni-koloni
orang-orang berkelainan (cacat).
4. Masa
abad 20, pada masa ini telah terjadi perubahan pandangan masyarakat
terhadap anak/orang berkelainan yang radikal, dimana pada masa lalu anal/orang
berkelainan dalam memberikan pandidikan harus dipisahkan dengan anak/orang
normal maka pada masa ini pendidikan bagi anak/orang berkelainan cenderung
disatukan dengan anak/orang normal.
Pandangan
ataupun filosofis mainsterming telah
dengan cepat mendunia, dengan persamaan pandangan terhadap anak-anak
berkelainan di seluruh dunia maka perlakuan masyarakat terhadap anak/orang
berkelainan hamper di semua Negara di dunia sama yaitu memberikan kesempatan
pendidikan seluas-luasnya terhadap anak/orang-orang berkelainan bersama-sama
orang normal.
Pendidikan bagi
anak-anak berkelainan di Indonesia sebenarnya telah lama dilakukan sebelum abad
20, namun kelembagaan yang resmi berdiri adalah Blinden Institut yaitu sekolah
khusus untuk orang buta yang didirikan oleh kaum misioneris Belanda pada tahun
1901 di Bandung. Kemudian disusul sekolah khusus untuk anak-anak terbelakang
mental pada tahun 1933 di Bandung. Pada permulaan abad 20 inilah perhatian
bangsa Indonesia terhadap pendidikan anak-anak berkelainan tumbuh subur, hingga
pertengahan abad 20 didirikan sekolah untuk calon guru anak-anak berkelainan
(SGPLB) di 4 kota di Pulau Jawa yaitu Bandung, Yogyakarta, Solo dan Surabaya.
Pada akhir abad 20 penyiapan tenaga guru hanya berlevel setaraf D.II dipandang
tidak sesuai dengan tuntutan kebutuhan, maka pada tahun 1994/1995 SGPLB diintegrasikan
ke LPTK menjadi jenjang S.1 (Sarjana).
(Sumber : Purwanto,Heri.1998.Ortopedagogik Umum.Yogyakarta:FIP IKIP
YOGYAKARTA.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar