SELAMAT DATANG DI DUNIA LUAR BIASA

Selasa, 20 November 2012

Sistem Pendidikan


SISTEM PENDIDIKAN
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.72 tahun 1991, maka sistempendidikan luarbiasa meliputi jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMLB. Sistem pendtem pendidikan luar biasa pada dasarnya sama dengan pendidikan umum, yang mana jenjang dan kurikulumnya menganut sistem sentralisasi dari Depdikbud Pusat. Dalam pendidikan luar biasa pusat seperti pada sekolah-sekolah umum, hal ini dapat dimengerti karena PLB mempunyai keunikan-keunikan, seperti PLB dalam proses pembelajaranya berorientasi pada kemampuan siswa bukan pada materi maupun waktunya tidaklah tepat bagi anak-anak berkelainan, demikian juga pada sistem kenaikan kelas yang dilakukan setiap akhir tahun ajaran mestinya PLB memakai sistem maju berkelanjutan artinya setiap anak bila telah memiliki kemampuan yang dianggap cukup untuk naik tingkat, maka pada waktu itu juga anak dinaikkan setingkat ke kelas yang lebih tinggi.
Sekolah Luar Biasa di Indonesia sebenarnya menganut sistem unit dimana pada suatu SLB terdapat berbagai tingkat atau jenjang pendidikan mulai TK, SD, SLTP, dan SM. Seorang guru SLB kurang tepat bila dikatakan sebagai guru setingkat SD, hal ini dikarenakan pada SLB terdapat berbagai jenjang jadi guru SLB merupakan guru yang komperhensip dan tebuka dari jenjang TK-SM. Untuk meningkatkan mutu SLB di Indonesia pemerintah telah membentuk berbagai jenis SLB Pembina tingkat nasional dan provinsi. SLB Pembina dimaksudkan sebagai litbang laboratory untuk peningkatan layanan SLB melalui penelitian-penelitian. Lokasi SLB Pembina tingat Nasional tersebar diberbagai daerah di Indonesia, adapun lokasinya adalah :
SLB-A (Tunanetra) di Lebak Bulus Jakarta
SLB-B (Tunarungu-wicara) di Denpasar Bali
SLB-C (Tunagrahita) di Lawang Malang Jawa Timur
SLB-D (Tunadaksa) di Ujungpandang Sulawesi Selatan
SLB-E (Tunalaras) di Medan Sumatera Utara
Disamping SLB Pembina Tk Nasional ada SLB Pembina Tk Propinsi yang dimaksudkan untuk membina berbagai SLB yang ada di daerah.
(Sumber: Sutjihati T.Somantri.1987.Bimbingan dan Penyuluhan ALB.Bandung:FIP IKIP BANDUNG)

Penempatan dan Diagnosis


PENEMPATAN DAN DIAGNOSIS
Layanan penanganan pendidikan bagi anak-anak berkelainan dimulai dari identifikasi kondisi anak berkelainan, semakin dini dapat terdeteksi kelainan akan semakin baik dalam program dan hasil layanan yang diharapkan. Langkah awal penanganan adalah identifikasi atau sering dikenal dengan istilah penjaringan, pada langkah ini anak-anak masih berada di masyarakat (keluarga, sekolah umum) adapun tempat-tempat yang dipandang penting dalam tahap penjaringan ini peran orangtua dan guru serta mungkin petugas sosial sangat penting untuk mengidentifikasikan keadaan anak. Setelah ditemukan kondisi anak yang dipandang berkelainan maka langkah selanjutnya adalah tahap penetapan jenis kelainan yang akan dilakukan oleh sebuah team work, setelah diketahui jenis kelainannya maka diadakan diagnosis untuk perencanaan layanan dan penempatan anak dalam lembaga pendidikan yang sesuai.
(Sumber : Sutjihati T.Somantri.1985.Identifikasi Anak Luar Biasa.Jakarta:Dikdasmen)

Selasa, 13 November 2012

BEAUTY (Kecantikan)


Kecantikan adalah sesuatu yang menarik jiwamu, dan yang suka memberi dan tidak menerima. Apabila engkau bertemu dengan Kecantikan, engkau merasakan tangan-tangan yang ada jauh di dalam lubuk hatimu terentang kedepan untuk mengajaknya masuk ke dalam kekuasaan hatimu. Ia adalah suatu kebesaran, perpaduan antara kedukaan dan keriagan,ai adalah Yang Tak Terlihat yang terlihat olehmu, dan Ketidakjelasan yang dipahami olehmu, dan Kebisuan yang terdengar olehmu ia adalah  Yang Suci dari Segala Kesucian yang bermula di dalam dirimu dan berakhir sangat jauh melampaui imajinasi keduniawian.
Kalau begitu, jadikanlah Kecantikan itu agamamu, dan sembahlah dia sebagai dewamu karena dia adalah hasil buatan yang kasat mata, nyata dan sempurna dari Tuhan. Enyahkanlah mereka  yang mempermainkan keilahian seolah-olah ia adalah suatu kepura-puraan yang menyatukan ketamakan dengan kesombongan, tetapi sebaliknya percayalah keilahian kecantikan yang sekaligus adalah awal dari pemujaanmu akan kehidupan ini, dan sumber dahagamu akan kebahagiaan.
Tunaikanlah penebusan dosa dihadapan  Kecantikan dan bertobatlah atas dosa-dosamu. Kecantikan mendekatkan hatimu ke tahta perempuan, cermin kasih sayangmu dan guru hatimu mengenai tata tertib alam yang menjadi kediamanmu dalam kehidupan ini.
Hanya jiwa kita dapat memahami kecantikan, atau hidup dan tumbuh bersamany. Ia membingungkan pikiran-pikiran kita ,kita tidak mampu menggambarkanyadengan kata-kata ia adalah sensasi yang tak terlihat oleh mata kita , yang berasal dari mengamati dan yang diamati. Kecantikan yang sesungguhnya adalah sinar yang terpancar dari sang suci dari segala kesucian jiwa, dan menerangi tubuh tatkala kehidupan dating dari kedalama  bumi dan memberi warna dan keharuman kepada bunga.
Kecantikan adalah keharmonisan antara keriangan dan kedukaan yang bermula dari sang suci dari segala kesucian kita dan berakhir melampaui batas-batas daya imajinasi kita.
Kecantikan tidak terletak pada wajah;
Kecantikan adalah cahaya di dalam hati.

(Sumber : buku Kearifan Gibran,WM-ST-33, KG-P-93)

Minggu, 04 November 2012

Prevalensi Anak Berkelainan


PREVALENSI ANAK BERKELAINAN
Menetapkan jumlah anak berkelainan bukanlah sesuatu hal yang mudah, hal ini akan berkait dengan criteria anak berkelainan itu sendiri, hal ini akan mempengaruhi jumlah anak berkelainan yang dikeluarkan oleh masing-masing pengumpul data, misalnya data jumlah anak berkelainan yang dikeluarkan oleh Depkes berbeda dengan data dari Depsos serta berbeda juga dengan Depdikbud. Adanya perbedaa dalam penetapan jumlah anak berkelainan pada masing-masing instansi tersebut juga diakibatkan oleh adanya kepentingan yang berbeda dari instansi yang mengeluarkan data tersebut.
Pentingnya prakiraan jumlah penyandang anak-anak berkelainan sangat erat kaitanya dengan perencanaan dan kebijakan tentang anak/penderita kelainan. Sulitnya memperoleh kepastian angka jumlah anak berkelainan ini juga dipengaruhi adanya sikap masyarakat yang belum menguntungkan keberadaan anak-anak berkelainan. Sebagai contoh misalnya dalam sensus penduduk disertakan poin tentang keberadaan anak berkelainan dalam keluarga, maka hasilnya pengisi angket data akan kebingungan ataupun ragu apakah keluarga/anak saya itu masuk pada anak berkelainan? Dan bahkan mungkin orangtua tidak akan jujur mengemukakan punya anak berkelainan dengan berbagai alasan diantaranya malu, takut atau alasan lainya.
Terlepas dari berbagai masalah dalam pendataan anak-anak berkelainan ada beberapa data yang diperoleh dari beberapa Negara maju menyatakan bahwa jumlah anak berkelainan berkisar antara 10-15 dari populasi anak normal (Kirk Samuel.1989:28)
Jumlah anak berkelainan yang bersekolah di USA pada tahun ajaran 1983 (Kirk Samuel 1989:28) meliputi anak berkesulitan belajar (lerning disability) ada 4,68%, anak gangguan wicara dan komunikasi 3%, anak terbelakang mental 2%, anak gangguan emosi dan perilaku 0.91%, anak tunarungu 0.18%, anak tunadaksa 0.14%, anak gangguan kesehatan (berpenyakit kronis) 0.13%, anak tunanetra 0.07%, anak kelainan ganda 0.07%. Dari data tersebut maka di USA terdapat anak berkelainan usia sekolah sebesar 11% dari populasi anak normal.
Demikian keadaan anak berkelainan di USA, bagaimana keadaan anak berkelainan di Indonesia? Ada berbagai data yang berlainan versi dari berbagai departemen, Depsos memperkirakan jumlah anak cacat ada 3-5% dari populasi sedang Depkes memberikan angka 3-4% dan depdikbud memperkirakan ada sekitar 10% dari populasi. Jika kita berpegang pada angka 10% anak berkelainan usia sekolah, maka jumlah anak berkelainan di Indonesia ada sekitar 5.000.000 anak, bila komposisi jumlah penduduk Indonesia 25% adalah anak usia sekolah.
(Sumber : Sutjihati T.Somantri.1985.Identifikasi Anak Luar Biasa.Jakarta:Dikdasmen)



Pendidikan Luar Biasa


PENDIDIKAN LUAR BIASA
Ada berbagai peristilahan yang sama maknanya dengan Pendidikan Luar Biasa yaitu pendidikan khusus (Special Education), orthopaedagogik. Istilah yang banyak digunakan di Indonesia adalah Pendidikan Luar Biasa. Ortopedagogik merupakan suatu ilmu yang mandiri keberadaanya masih dipertanyakan, namun demikian sebagai suatu ilmu ortopedagogik sebenarnya telah memenui persyaratan baik secara ontology, epistemology, maupun aksiologisnya. Secara struktur ilmu ortopedagogik mempunyai objek formal anak-anak berkelainan, sedangkan objek materialnya adalah pendidikan, sedangkan metode tidak berbeda dengan metode-metode pengembangan ilmu-ilmu sosial lainya, sedangan keterkaitannya dengan ilmu-ilmu lain sangat luas seperti pada medis, psychology, sociology, hukum dan sebagainya. PLB pada dasarnya tidak berbeda dengan pendidikan pada umumnya, hal ini dapat dilihat bila kita menelusuri tujuan pendidikan nasional adalah sama (lihat GBHN).
Kecenderungan di Indonesia PLB terpisah dengan pendidikan umum. Berangkat dari adanya anak berkelainan yang dipandang secara holistik yaitu manusia seutuhnya tidak terpotong-potong (total person) maka tidak akan nada perbedaan-perbedaan yang memisahkan antara orang satu dengan orang lain, tetapi justru persamaanlah yang ada. Berdasar dari uraian-uraian tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa tujuan PLB adalah sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya, sedangkan yang berbeda adalah pembelajaran untuk anak-anak berkelainan perlu dirancang secara khusus hingga sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan anak dan dapat untuk mengembangkan potensinya.
(Sumber : Amin,M dan Entang M.1984.Pedoman Bimbingan Penyuluhan Anak Luar Biasa.Jakarta:Dikguitentis)